Inovasi dan Paradoks
Saat ini, inovasi adalah hal yang wajib dilakukan oleh hampir seluruh lini bisnis karena merupakan hal yang sangat vital untuk bersaing di pasar. Yang harus diperhatikan juga, inovasi itu sendiri merupakan tantangan yang tidak mudah bagi managerial. Banyak definisi mengenai arti inovasi, menurut Subramaniam dan Youndt (2015), inovasi adalah proses (manajemen pengetahuan) dalam mengidentifikasi dan memanfaatkan ide, penemuan (alat) dan peluang untuk menciptakan atau memperbarui produk atau jasa. Sayangnya perusahaan kemungkinan tidak bisa berhasil atau bahkan survive dalam jangka waktu lama hanya dengan memfokuskan pada inovasi saja. Sebuah perusahaan juga harus mampu melakukan exploitative dan exploratory innovation secara berimbang.
Untuk memahami exploitative dan exploratory innovation bisa dari berbagai sudut pandang. Dari penjelasan Atuahene-Gima (2005), exploitative adalah proses dalam memperluas pengetahuan yang dimiliki saat ini seperti melakukan efisiensi ataupun perbaikan, dengan kata lain melakukan incremental innovation. Sedangkan exploratory innovation adalah aktivitas mengembangkan pengetahuan baru dan melakukan eksperimen untuk dapat menciptakan variasi baru sebuah produk atau jasa sehingga dapat mendorong terjadinya radical innovation.
Pada tahap selanjutnya, tugas managerial tidak hanya memastikan exploitative dan exploratory innovation dilakukan, akan tetapi manajerial juga harus mampu mengatur tekanan terhadap 2 hal tersebut. Kemampuan dalam melakukan hal tersebut umumnya disebut dengan istilah ambidexterity. Ada 2 perbedaan sudut pandang mengenai ambidexterity yaitu architecture ambidexterity dan contextual ambidexterity. architecture ambidexterity lebih condong untuk membedakan fokus antara exploitative dan exploratory. Sebaliknya, contextual ambidexterity lebih menekankan untuk mengintegrasikan exploitative dan exploratory.
Paradoxes of innovation
Harus diakui di dalam proses invasi akan terjadi sebuah paradoks yang mau-tidak-mau akan dihadapi oleh perusahaan, ada beberapa paradoks yang terjadi di dalam suatu inovasi dapat dikelompokkan sebagai berikut
- Paradox of Strategic Intent: Laba and Terobosan. Di dalam penelitian Lampel and colleagues (2000) mengenai cultural industries, terdapat 2 kepentingan/faktor yang saling tarik-menarik yaitu keberhasilan secara komersial dan artistic expression, yang dimana kedua hal tersbut dapat memastikan keberhasilan dalam jangka panjang
- Paradox of Customer Orientation: Ketat dan Longgar. Pada kasus ini, umum kita temui dimana sebuah project (pembuatan produk atau jasa baru) harus memilih memprioritaskan kebutuhan / permintaan pasar saat ini atau lebih memprioritaskan kesesuaian produk / jasa.
- Paradox of Personal Drivers : Disiplin dan Gairah (Passion).
Apa yang bisa dilakukan ?
Multilevel approach adalah hal vital untuk mengatur paradoks dalam suatu inovasi, seperti yang diilustrasikan seperti gambar di atas. Selain itu mengkombinasikan konsep contextual ambidexterity dan architecture ambidexterity dapat membantu mengurangi tekanan terhadap exploitative dan exploratory innovation
Reference : Exploitation-Exploration Tensions and Organizational Ambidexterity: Managing Paradoxes of Innovation by Constantine Andriopoulos and Marianne W. Lewis
Post Comment