Andaikan bukan anak menteri

Hari ini lagi ramai-ramainya berita mengenai seorang anak menteri yang mendapatkan hukuman yang “dirasa” ringan oleh beberapa orang padahal telah menabrak mobil sehingga menyebabkan beberapa orang meninggal. Hampir semua orang mencaci dan mengkritik putusan hakim.
Saya akan mencoba melihat dari sisi lain. Menurut saya, apa yang terjadi itu lumrah dan manusiawi. Anak menteri itu menabrak dalam keadaan “tidak sengaja”. Coba kita berempati sedikit kepada anak menteri itu. Apa yang kita lakukan jika hal serupa terjadi pada kita? kita pasti berjuang mati-matian untuk mendapatkan ‘hukuman tidak dipenjara’. Naif rasanya jika kita mengkritik anak menteri tersebut, padahal di dalam lubuk hati kita pasti akan melakukan hal yang sama jika mengalami ‘musibah’ tersebut. Andaikan dia bukan anak menteri ‘terpaan’ berat ini tidak perlu dia hadapi.
Yang perlu saya tekankan disini adalah, kita terlalu mudah mengkritik sesuatu hal yang kita rasa rasa tidak adil. Pertanyaannya : Apakah kita akan tetap mengkritik saat melihat ketidakadilan menguntungkan diri kita. Kita harus selalu mawas diri, jangan sampai rasa kritis kita berubah menjadi rasa iri dan dengki

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *