Tidak jarang saya temuin pegawai yang berlatar belakang korporasi lumayan struggling in terms of communication saat berhadapan dengan lingkungan startup, dan sebaliknya. Ini semua karena gaya komunikasi di korporasi dan startup memiliki perbedaan yang cukup signifikan.
Di korporasi, komunikasi lebih formal dan hierarkis. Terdapat struktur organisasi yang jelas, dan komunikasi berjalan secara top-down, artinya keputusan dan arahan diberikan oleh pimpinan perusahaan kepada karyawan di bawahnya. Karyawan diwajibkan untuk menyampaikan laporan secara berkala, baik lisan maupun tertulis, kepada atasan mereka. Selain itu, dalam komunikasi di korporasi, digunakan bahasa yang lebih formal dan sopan santun.
Sementara di startup, gaya komunikasi lebih santai dan kolaboratif. Startup biasanya memiliki struktur organisasi yang lebih datar, sehingga para karyawan cenderung lebih bekerja secara bersama-sama dan berkolaborasi dalam pengambilan keputusan. Komunikasi juga lebih horizontal dan straightforward, artinya setiap orang di dalam tim diharapkan untuk berpartisipasi aktif dan memberikan masukan. Bahasa yang digunakan juga lebih santai dan informal, sehingga menciptakan atmosfer yang lebih nyaman dan akrab di antara para karyawan.
Karena perbedaan gaya komunikasi yang signifikan ini, seringkali karyawan yang berasal dari korporasi Indonesia kesulitan beradaptasi di lingkungan startup. Mereka harus belajar untuk beradaptasi dengan komunikasi yang lebih santai dan kolaboratif, serta meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang terkait dengan gaya komunikasi formal dan hierarkis yang ada di korporasi. Sebaliknya, karyawan yang berasal dari lingkungan startup harus belajar untuk beradaptasi dengan lingkungan korporasi yang lebih formal dan hierarkis, serta meningkatkan kemampuan mereka dalam menyampaikan laporan dan berkomunikasi secara formal.
Terus Bagaimana dong?
Pertama, ketika bekerja di korporasi, penting untuk selalu menggunakan bahasa yang sopan dan hormat ketika berbicara dengan atasan atau kolega yang lebih senior. Ini menunjukkan penghargaan dan rasa hormat kepada mereka. Namun, jika sedang berbicara dengan rekan sebaya atau karyawan yang lebih junior, penggunaan bahasa yang lebih santai bisa lebih diterima.
Kedua, ketika bekerja di startup, penting untuk memahami konteks dan situasi sebelum berbicara. Jangan langsung menggunakan bahasa yang terlalu santai jika tidak tepat dalam situasi tertentu. Misalnya, jika sedang berbicara dengan investor atau klien potensial, penggunaan bahasa yang terlalu santai bisa mengurangi kesan profesional dan dapat memengaruhi kesuksesan perusahaan.
Ketiga, penting untuk memperhatikan bahasa tubuh dan nada suara dalam komunikasi, terlepas dari lingkungan kerja yang mana. Ini dapat membantu memastikan bahwa pesan disampaikan dengan jelas dan efektif, dan mencegah salah tafsir atau kesalahpahaman.
Keempat, selalu gunakan bahasa yang benar dan tepat, terlepas dari lingkungan kerja yang mana. Penting untuk memperhatikan tata bahasa dan ejaan, serta memilih kata-kata yang sesuai untuk situasi yang diberikan. Ini membantu menjaga kesan profesional dan dapat membantu meningkatkan citra perusahaan di mata publik.
Kelima, jangan takut untuk beradaptasi dengan situasi dan lingkungan kerja yang baru. Di korporasi atau startup, selalu ada aturan dan budaya yang berbeda, dan penting untuk memahami dan menghormati perbedaan tersebut. Dengan tetap terbuka dan fleksibel, kamu dapat menghindari kesalahpahaman atau konflik yang tidak perlu dan meningkatkan kesuksesan kamu dalam lingkungan kerja yang baru.