Masih Aja Protes ?
Weekend ini saya dan beberapa teman saya mengunjungi teman yang sedang mengidap sakit “cukup” mengawatirkan. Jangan tanya sakitnya apa, saya beberapa kali dijelaskan dan gak pernah “ngeh” sakit apaan, harap maklum, biologi saya waktu SMA cukup mengenaskan
Ada beberapa kejadian menarik pada kunjungan saya, bukan mengenai mobil saya ditabrak dari belakang dan bapak-bapaknya terlihat “gemeteran” (saya akui keuntungan memiliki wajah “lebih dewasa” dari aslinya cukup menguntungkan dalam mengadapi hal-hal seperti ini). Yang membuat saya tercengang adalah kehidupan teman saya.
Sebelum tidak masuk cukup lama, teman saya ini pernah ngobrol dengan saya mengenai sakitnya. Saat itu sakitnya cukup serius, sehingga beberapa kali dia tidak masuk kerja. Dari pembicaraan tersebut, saya menyarankan dia resign dulu saja dan mengambil istirahat 3-4 bulan. saya analogikan seperti penyanyi yang mempunyai 10 jadwal konser akan tetapi pada konser ke-3 dia memiliki masalah dengan pita suaranya yang cukup parah. Disitu terdapat pertimbangan, penyanyi tersebut nekat melanjutkan konser dengan resiko konser-konser selanjutnya terancam batal atau istirahat pada konser ke-3 untuk istirahat sehingga pada konser selanjutnya si penyanyi bisa fit.
Dia berfikir cukup lama dan hanya memberikan senyum, menurut saya hal yang cukup logis jika harus beristirahat 3-4 bulan. Akan tetapi saat saya mengunjungi rumah teman saya ini, saya mengerti kenapa dia berfikir cukup lama. Saya rasa dialah tulang punggung keluarganya saat ini. Dia memang punya “kakak laki-laki”, akan tetapi yang lulus S1 hanyalah dia.
Saya tercengang, di dalam setiap senyum yang dia berikan setiap harinya terdapat “beban hidup” yang cukup berat. Saya semakin tersadar betapa beruntungnya saya. Betapa Allah memberikan nikmat berlimpah kepada saya. Apakah pantas saya masih saja protes, malu rasanya.
Di dalam perjalanan pulang, saya memasukkan nama teman saya tersebut ke dalam list : “Ada yang harus saya perbuat untuk orang-orang tersebut”. Memang bukan saat ini (karena list “yang harus saya lakukan” masih belum “katam”), tapi suatu saat nanti. Semoga saya diberikan kemudahan untuk melakukan sesuatu untuk mereka. Karena seharusnya mereka pantas mendapatkan juga apa yang saya telah dapatkan saat ini. Mereka adalah orang-orang yang selalu tersenyum dan tidak pernah mengeluh. Dan saya selalu berdoa, mudahkanlah semua urusan mereka ya Allah. Engkaulah yang Maha Mengetahui dan Maha Pengasih
Post Comment