×

Cognitive Dissonance Model: Mengapa Orang Tetap Merokok Meskipun Tahu Itu Tidak Sehat

Sering kali, ada GAP antara apa yang kita pikirkan dan apa yang kita lakukan. Ketika kita tetap melakukan sesuatu hal yang dimana kita tahu bahwa itu salah, bahkan tidak bermoral, atau bodoh. Psikolog Leon Festinger menggunakan istilah “Cognitive Dissonance” untuk menggambarkan keadaan pikiran kita ketika tindakan kita tidak konsisten dengan keyakinan kita – misalnya, ketika kita memukul anak meskipun kita mengecam kekerasan terhadap anak.

Masalah lainnya adalah, walaupun tahu salah, orang yang tahu dirinya salah sering kali melakukan pembenaran diri. Semua ini disebut Dissonansi Kognitif (Cognitive Dissonance). Dissonansi kognitif menggambarkan keadaan pikiran ketika tindakan tidak konsisten dengan keyakinan (atau ada yang di dalam pikiran). Ini menjelaskan dua skenario utama:

  1. Dissonansi Kognitif: Ketika sikap dan perilaku tidak selaras.
  2. Konsistensi: Ketika sikap dan perilaku selaras.

Perasaan, pikiran, kata-kata, dan tindakan harus selaras dan konsisten. Jika salah satu dari mereka tidak selaras, maka ada hal yang perlu kita rubah dalam diri kita.

Mengapa Orang Merokok Meskipun Tahu Itu Tidak Sehat?

Kasus: Perokok yang Sadar Bahaya Merokok

Contoh yang sempurna dari dissonansi kognitif adalah perokok. Meskipun sadar akan masalah kesehatan besar yang diakibatkan oleh kebiasaan buruk ini, banyak perokok yang tetap mempertahankan kecanduannya. Mereka tahu bahwa merokok dapat menyebabkan kanker paru-paru, penyakit jantung, dan berbagai masalah kesehatan lainnya. Namun, mereka terus merokok setiap hari.

Yang Diketahui oleh Perokok:

  • Merokok adalah kebiasaan buruk.
  • Merokok dapat menyebabkan masalah kesehatan serius.
  • Saya ingin hidup sehat dan panjang umur.

Perilaku Perokok:

  • Tetap merokok setiap hari.

Ketidaksesuaian antara pikiran dan perilaku ini menciptakan dissonansi kognitif. Dan bagaimana reaksi perokok? ada 2 jenis respon

  1. Mengubah Perilaku:
    • Respon terbaik adalah berhenti merokok. Ini akan menyelaraskan perilaku dengan sikap tentang kesehatan.
  2. Mencari Alasan atau Pembenaran:
    • Perokok mencoba meyakinkan dirinya bahwa merokok tidak seburuk yang dipikirkan. Mereka mungkin mencari informasi yang mendukung pandangan ini, seperti cerita dari orang yang merokok tetapi tetap sehat.
    • Perokok mencari alasan untuk mempertahankan perilaku merokoknya, seperti “Merokok membantu saya mengurangi stres,” atau “Saya sudah merokok selama bertahun-tahun, sulit untuk berhenti sekarang.”

Terus bagaimana jika responnya adalah respon nomor 2? First of all, tidak semua orang butuh nasihatmu. Jadi klo gak worth it, ya cuekin aja, hehehe. Jika itu adalah orang yang kamu peduli, maka untuk menghadapinya ada beberapa cara:

1. Berikan Informasi yang Jelas dan Akurat

Terkadang, orang tersebut tidak memiliki informasi yang lengkap atau akurat tentang situasi mereka. Memberikan informasi yang jelas dan akurat dapat membantu mereka melihat ketidakcocokan antara tindakan dan keyakinan mereka. Pastikan informasi tersebut berasal dari sumber yang terpercaya dan relevan dengan konteks situasi mereka.

2. Dorong untuk Refleksi Diri

Ajak orang tersebut untuk melakukan refleksi diri. Bantu mereka memahami ketidaknyamanan yang mereka rasakan akibat dissonansi kognitif dan dorong mereka untuk merenungkan mengapa mereka merasa perlu mencari pembenaran. Pertanyaan reflektif bisa membantu, seperti:

  • “Apa yang sebenarnya membuatmu merasa nyaman dengan tindakan ini?”
  • “Bagaimana perasaanmu setelah melakukan tindakan ini, mengetahui bahwa itu tidak sesuai dengan keyakinanmu?”

3. Tawarkan Dukungan Emosional dan Praktis

Mengubah perilaku atau keyakinan bisa menjadi tantangan besar dan orang tersebut mungkin membutuhkan dukungan emosional. Berikan dukungan emosional dengan mendengarkan kekhawatiran mereka dan menunjukkan empati.

4. Ajarkan Teknik Manajemen Stres

Salah satu alasan utama orang mencari pembenaran adalah karena mereka merasa tindakan mereka membantu mengurangi stres. Ajarkan teknik manajemen stres yang sehat seperti meditasi, olahraga, atau aktivitas relaksasi lainnya. Bantu mereka menemukan cara lain untuk mengatasi stres tanpa harus mempertahankan tindakan yang tidak konsisten dengan keyakinan mereka.

4o

Post Comment