[BOOK REVIEW] A Promised Land : Sebuah Memoir dari Barack Obama
A Promised Land adalah memoar mantan presiden Barack Obama di mana ia menceritakan kisah-kisah tentang latar belakang hidupnya, bagaimana ia terjun ke dunia politik, dan bagaimana rasanya menjadi presiden dari 2009 hingga 2017, termasuk perannya dalam pembunuhan Osama bin Laden. dan mengesahkan Affordable Care Act
Suka atau Tidak, Barack Obama adalah ikon Amerika. Seperti yang mungkin kamu sudah ketahui, dia membuat sejarah sebagai presiden kulit hitam pertama di Amerika Serikat. Dia juga adalah penerima hadiah Nobel Perdamaian serta pemimpin dalam reformasi perawatan kesehatan ( Affordable Care Act ) dan menjatuhkan Osama bin Laden.
Kita semua tahu tentang hidupnya setelah pencalonannya pada tahun 2008. Tapi pengalaman hidup apa yang membuatnya menjadi pemimpin berpengaruh seperti sekarang ini? Dan di buku A Promised Land ini, diceritakan semuanya di buku ini, hingga menceritakan pula dimana di suatu masa dia hampir menyerah pada politik.
Barack Obama hampir menyerah pada politik
Barack Hussein Obama dibesarkan di Honolulu bersama ibu dan kakek-neneknya. Dan tak seorang pun mengira bahwa dia akan bekerja di sektor publik hingga menjadi seorang Presiden suatu hari nanti menjadi Presiden suatu hari nanti. Bahkan di masa mudanya, dia pernah menggunakan narkoba, dan bahkan nilainya biasa-biasa saja.
Namun, buku lah yang merubah hidupnya di masa remaja, hingga dia menemukan menemukan dirinya terpesona dengan teori politik dan ingin menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan masalah sosial dan ekonomi.
Setelah lulus dari Columbia, ia bekerja di sebuah komunitas di Chicago untuk membantu orang-orang yang terkena dampak buruk penutupan pabrik baja. Meskipun dia telah belajar banyak, dia menginginkan lebih banyak perubahan yang dapat berdampak nyata pada komunitas tersebut. Sehingga, dia memutuskan mengambil kuliah di Harvard Law untuk meningkatkan kemampuannya.
Setelah lulus, ia menjadi senator negara bagian, akan tetapi Obama tidak puas sampai disitu saja, dia ingin lebih, sehingga dia memutuskan mencalonkan diri di House of Representatives (DPR nya Amerika), yang dimana ditentang oleh istrinya, Michelle
Dan mencalonkan diri adalah langkah yang sangat berani mengingat lawannya adalah petahana yang populer. Dan dia akhirnya kalah 30 poin. Pada titik terendah dalam hidupnya, Obama merenungkan pilihannya. Dia telah membuat keputusan arogan untuk mencalonkan diri yang dimana hampir mustahil untuk menang, dan lebih buruk lagi, dia mengecewakan keluarganya.
Tapi untuk beberapa alasan, dia tidak bisa meninggalkan politik sepenuhnya. Dia tidak bisa melepaskan mimpinya untuk membantu orang Amerika dari semua latar belakang politik, ras, dan sosial ekonomi yang berbeda. Jadi dia memutuskan dia akan mencoba national office sekali lagi, dengan persetujuan Michelle. Mereka sepakat bahwa jika tidak berhasil, dia akan meninggalkan politik sepenuhnya.
Popularitas Obama meroket
Saat dia mencalonkan diri sebagai Senat, beberapa pidatonya menjadi viral di blog dan MySpace. Pesannya yang kuat dan persuasif menggerakkan orang, dan akhirnya momentum itu tumbuh berlahan. Dan yang paling viral adalah saat Obama berbicara di Konvensi Nasional Demokrat. Video nya bisa dilihat di sini. Dan itu adalah terakhir kalinya dia masuk ke ruangan mana pun tanpa dikenali orang. Setelah pidatonya itu, popularitasnya meroket dan dia memenangkan Pemilihan Senat dengan telak. Sejak saat itu, orang-orang membicarakan dia suatu hari nanti menjadi presiden.
Tapi di dalam diri Obama, dia tidak berpikir begitu. Dia memiliki banyak keraguan diri, belum lagi dia tidak terlalu berpengalaman dalam karirnya saat ini. Media tampaknya tidak menerima jawaban tidak. Namun pendiriannya berubah ketika dia mengunjungi Senator Ted Kennady. Dia memberi tahu Obama bahwa ini adalah momennya, dan hidup tidak membiarkan kita memilih kapan momen kita.
Ketika dia mengumumkan dia akan mencalonkan diri, orang-orang datang berbondong-bondong menemuinya. Tapi itu semua tidak akan mudah Karena dia masih muda dan tidak berpengalaman, apalagi masalah rasial yang pasti menghantamnya karena tidak berkulit putih
Beberapa orang berpikir bahwa Amerika tidak siap untuk presiden kulit hitam. Yang lain melabelinya sebagai tidak “cukup hitam” untuk mewakili mereka. Meski begitu, dia tetap menang. Kerumunan orang datang menemuinya ke mana pun dia pergi. Tetapi Obama sadar, mereka menaruh semua harapan dan impian mereka kepada Obama, dan dia yang ditakutkan Obama adalah saat mengecewakan mereka.
Pembunuhan Osama bin Laden dan Affordable Care Act adalah dua pencapaian penting kepresidenan Obama.
Kemenangannya dalam pemilu 2008 telah mengukir sebuah sejarah. Tapi dia juga memiliki beberapa prestasi besar selama dua periode masa jabatannya. Salah satu yang paling menonjol adalah menandatangani Affordable Care Act, tetapi hal itu melalui perjalanan yang berat.
Mereka dari Kanan berjuang mati-matian melawannya, mengkhawatirkan apa yang mereka sebut “pengambilalihan pemerintah.” Oposisi ada di seluruh internet dan gerakan Tea Party melawan apa yang mereka sebut Obamacare. Long Story Short, setelah melewati perjuangan yang meletihkan, janji Obama untuk memberikan perawatan kesehatan kepada semua orang Amerika terwujud.
Prestasi mengesankan lainnya selama masa Obama di kantor adalah penangkapan Osama bin Laden, orang di balik 9/11. Dia tidak ditemukan sejak 2001. Obama menjadikan perburuan bin Laden sebagai prioritas utama karena dia sangat risau bahwa kebebasan bin Laden adalah masalah yang menyakitkan bagi keluarga yang terkena dampak 9/11.
Itu adalah aksi militer langsung pertama yang dia tonton langsung. Pada akhirnya, bin Laden ditemukan dan dibunuh. Negara itu bersorak sorai mendengar berita itu dan rasanya seperti kemenangan bagi semua orang, tidak peduli di pihak mana mereka berada. Kemenangan bersejarah menandai pertama kalinya dia memenangkan hati semua orang
Quote
“Enthusiasm makes up for a host of deficiencies.”
― Barack Obama, A Promised Land
“I suspect that God’s plan, whatever it is, works on a scale too large to admit our mortal tribulations; that in a single lifetime, accidents and happenstance determine more than we care to admit; and that the best we can do is to try to align ourselves with what we feel is right and construct some meaning out of our confusion, and with grace and nerve play at each moment the hand that we’re dealt.”
― Barack Obama, A Promised Land
“there are people in the world who think only about themselves. They don’t care what happens to other people so long as they get what they want. They put other people down to make themselves feel important. “Then there are people who do the opposite, who are able to imagine how others must feel, and make sure that they don’t do things that hurt people. “So,” she said, looking me squarely in the eye. “Which kind of person do you want to be?”
― Barack Obama, A Promised Land
“To be known. To be heard. To have one’s unique identity recognized and seen as worthy. It was a universal human desire, I thought, as true for nations and peoples as it was for individuals.”
― Barack Obama, A Promised Land
Post Comment