Tepat tanggal 13 September 2017, saya mengakhiri masa internship saya di Philips Healthcare. Saya harus akui, masa 6 bulan internship tersebut memberi saya pengalaman baru tersendiri untuk lebih mengenal budaya kerja di negara Belanda. Tentu setiap perusahaan di Belanda sendiri memiliki karakteristik yang berbeda, tetapi bisa saya katakan pasti tidak jauh berbeda. Apa saja karakteristik tersebut?
Work Hard, Play Harder
Disini saat memasuki jam kerja, setiap orang akan fokus terhadap pekerjaannya. Sebagai contoh, saat sudah komit masuk kerja jam 9, maka itu berarti jam 9 adalah memulai kerja bukan ‘start’ buka laptop atau pc atau sekedar membuka socmed.
Sehingga tidak jarang saya segan sendiri jika mengerjakan hal lain selain pekerjaan di saat jam kerja. Bahkan dalam beberapa waktu, saya meletakkan HP saya di tas atau laci.
Sebaliknya, saat waktu istirahat atau hang out kita jarang sekali (atau bahkan tidak pernah) membicarakan hal-hal seputar pekerjaan. Kita benar-benar fokus untuk ‘bersenang-senang’
Quality instead of quantity
Disini, kalau jam 5 sore, pasti sudah sepi, jarang banget melihat orang lembur. Tetapi entah kenapa pekerjaannya selalu selesai tepat waktu dan sesuai komitmen. Hal ini bisa terjadi karena berbagai hal, bisa jadi karena mereka memang bisa memanage waktu mereka atau load kerja setiap orang (manpower) sudah diperhitungkan sehingga tidak ada ceritanya overload
Bahkan, kita diperbolehkan work at home seminggu sekali jika memungkinkan
Sebaliknya, pengalaman saya di Indonesia, kalau gak lembur ada stereotype kalau orang tersebut ‘gak rajin’ padahal bisa jadi orang pulang tepat waktu karena kerja efektif
Holiday
Setiap pegawai rata-rata memiliki jatah libur kurang lebih 6 minggu dalam setahun. Dan jadwal libur adalah hak karyawan. Atasan tidak bisa menganggu atau membatalkan jadwal ‘cuti’. Atasan hanya boleh menyarankan
Break time
Karena kebetulan kantor saya dekat dengan area hijau, biasanya orang-orang menghabiskan waktu istirahat dengan jalan-jalan mengelilingi ‘hutan’ yang kurang lebih 1 km. Alasan mereka supaya sehat, maka jangan kaget kalau disini opa-opa umur 60 tahun masih kuat naek sepeda atau naek tangga dengan lincah
Meeting on time
Ini yang menarik, saat rapat, mereka tidak hanya datang tepat waktu tapi juga selesai tepat waktu. Jika kita menjadwalkan lama meeting adalah 2 jam. Maka selesai tidak selesai meeting akan selesai dalam waktu 2 jam. Jika lebih, itu menjadi tanggung jawab ‘pelaksana meeting’
Low Power Distance
Kalau di Indonesia kita butuh melalui mekanisme yang panjang untuk menemui orang yang memiliki jabatan tinggi misal direktur. Disini, kita bisa langsung kontak direktur langsung tanpa perantara yang menyusahkan. Selama direktur available dan bersedia, kita bisa langsung arrange meeting melalui outlook.
Di outlook, ada fitur shared calendar, jadi kita sudah bisa langsung tau waktu available dari direktur tersebut tanpa harus cek ke sekretarisnya.
Presentation
Saat presentasi, di Indonesia kita terbiasa melalui introduction yang general setelah itu mengerucut ke fokus bahasan. Sayangnya disini tidak bisa seperti itu, karena kalau itu dilakukan, audience nya bakal kehilangan fokus di tengah presentasi dan endingnya ‘keluar ruangan’
Disini saya mempelajarim saat memulai presentasi kita harus memulai dengan presentasi dengan fokus yang jelas setelah itu di-elaborate agar audience mengerti dan tidak hilang fokus apa tujuan meeting tersebut.
Selain itu di dalam presentasi, data akurat adalah hal yang wajib. Kita tidak bisa mengandalkan ‘katanya tanpa evidence‘ atau menampilkan suatu informasi tanpa argumen yang kuat. What, why dan how adalah pertannyaan lumrah ditanyakan saat penjelasan kurang jelas