×

Orang benar vs Orang Benar

Saat ini kita berada di suatu zaman dimana orang benar bermusuhan dengan orang benar. Orang yang mempertahankan kebenarannya berbenturan dengan orang yang juga mempertahankan kebenarannya. Hal ini menjadi tanda tanya besar, kenapa kebenaran bisa membuat orang saling menentang satu sama lain?

Di dalam teori universal disebutkan ada benarnya itu sendiri yaitu kebenaran subjektif masing-masing orang ataupun kelompok. Dan ada juga benarnya orang banyak, yang dimana jika ditarik garis lurus maka kita akan menemukan konsep demokrasi. Tetapi benarnya orang banyak tidak menjamin kebenaran yang sejati.

Kebenaran sejati itu sendiri baru bisa kita dapatkan setelah menempuh perjalanan panjang, yang mungkin ada hubungannya dengan Tuhan sang pencipta alam. Allah sendiri menyatakan bahwa kebenaran itu datangnya dari-Ku. Sehingga manusia hanya dapat cipratannya dan menafsirkannya. Tafsir kebenaran ini yang kita harus berhati-hati karena setiap orang memiliki penafsiran yang berbeda-beda. Sehingga seyogyanya kita tidak patut mempertengkarkan tafsir tersebut.

Maka ada baiknya, kebenaran itu tidak harus dibawa keluar dari diri kita, tetapi yang kita keluarkan dari diri kita adalah kebaikan, keindahan, kemuliaan, upaya-upaya untuk saling nyaman satu sama lain, kebijaksanaan, dan kearifan

Kita ibaratkan saja warung, kebenaran itu letaknya di dapurnya warung itu. Dan sekarang, semua dapur-dapur warung dijadikan display utama, dan masing-masing merasa benar.

Sehingga kita tidak akan selesai dengan kebencian, pertengkaran dan caci maki kalau kita masih saling menyombongkan dan men-display-kan kebenaran masing-masing.

Kita harus berhenti mencari, menuding bahkan memusnahkan siapa saja yang salah. Yang perlu kita ingat, bagi yang kita tuduh siapa yang salah itu, bagi mereka, kita yang salah. Kalau kita tetap keukeh membuktikan siapa yang salah dan siapa yang benar, pada akhirnya bukanlah pembuktian kebenaran sebagai akhir cerita, yang terjadi adalah kalah menang secara kekuatan.

Maka, ‘gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo’ hanyalah angan belaka jika kita masih dipenuhi oleh prasangka yang satu merasa malaikat dan menuduh lainnya setan, bukan menuduh karena ada kepentingan, sebaliknya karena dia yakin dia malaikat dan yang lain itu diyakini setan. Bisa dikatakan, saat ini kita berada di tengah-tengah perang pandawayuda, karena masing-masing  kelompok merasa pandawa, masing-masing merasa yudhistira, bima, arjuna, nakula dan sadewa

-cn-

Post Comment