Mengapa Kita Berhenti Mengeksplorasi Musik Baru Seiring Bertambahnya Usia?

Minggu lalu saya datang ke sebuah konser We The Fest yang menampilkan bintang tamu hits zaman sekarang seperti Bilal Indrajaya, Teddy Adhitya, BIBI, hingga Peggy Gou. Tapi entah kenapa saya tetap tidak hafal lagunya, padahal saya sudah mendengarkan sebelum konser dengan harapan bisa sing along. Tapi ya, ternyata saya gagal untuk sing along. Meski begitu, saya tetap menikmati momen itu meskipun tidak hafal lagunya. Thanks yang udah ngajakin, really appreciate

Pertanyaannya, kenapa bisa begitu? Kenapa saya tidak sesemangat dulu untuk mendengarkan lagu baru?

Menurut International Federation of the Phonographic Industry, orang di seluruh dunia menghabiskan rata-rata 20,1 jam per minggu mendengarkan musik, naik dari 18,4 jam pada tahun 2021. Hal ini dikarenakan kita memiliki lebih banyak cara untuk mengakses musik. Namun, meskipun kita memiliki banyak cara untuk menemukan lagu dan suara baru yang bisa memperkaya kehidupan kita di segala usia, kenyataannya sebagian besar dari kita tidak melakukannya. Kecenderungan kita untuk mengeksplorasi musik baru cenderung menurun seiring bertambahnya usia. Banyak penelitian mengonfirmasi sentimen ini, seperti yang diungkapkan oleh penulis lagu dan musisi Bob Seger:

Today’s music ain’t got the same soul. I like that old time rock ā€˜n’ roll.

Eksplorasi Musik Baru

Akademisi menggunakan istilah “open-earedness” untuk menggambarkan willingness kita mengeksplorasi musik baru. Sepanjang hidup kita, willingness ini naik turun. Hingga sekitar usia 11 tahun, anak-anak umumnya senang berinteraksi dengan musik baru. Masa remaja awal melihat penurunan dalam open-earedness, tetapi disertai dengan peningkatan minat yang intens terhadap musik secara umum. Open-earedness meningkat sedikit selama dewasa muda, lalu menurun seiring bertambahnya usia.

Sebuah studi besar pada tahun 2013 yang melibatkan lebih dari 250.000 peserta mengonfirmasi perubahan perilaku ini. Studi tersebut juga menunjukkan bahwa ketertarikan kita kepada musik menurun setelah masa remaja, dan jumlah musik yang kita dengarkan berkurang dari 20% saat masa remaja, menjadi 13% pada masa dewasa.

Prioritas yang Berubah

Para peneliti memiliki teori yang berbeda, tetapi umumnya saling melengkapi, untuk menjelaskan tren ini. Beberapa menafsirkan penurunan keterlibatan musik dalam aspek psikososial. Remaja menggunakan musik untuk menunjukan identitas dan untuk bisa bergaul di lingkaran sosial mereka. Orang dewasa mostly kepribadiannya sudah matang. Karena itu, dorongan untuk eksplore musik baru berkurang karena mereka tidak butuh lagi “pembuktian diri” untuk menunjukan identitas mereka.

Dan, faktor lainnya adalah mengenai “tanggung jawab”. Saat remaja kita relatif memiliki tanggung jawab yang sedikit, sehingga kita bisa meluangkan waktu untuk eksplore musik baru. Sebaliknya, saat dewasa, kita cenderung punya tanggung jawab yang lebih besar yang tidak jarang menguras energi kita sehingga kita cenderung “malas” mengeksplore musik baru, karena dirasa musik yang lama sudah cukup nyaman.

Soundtrack Hidup Kita

Neurosains memberikan pandangan menarik tentang bagaimana dan mengapa selera musik kita berkembang. Misalnya, bayi menunjukkan ketertarikan pada musik yang mereka dengar saat masih dalam kandungan. Selera musik pada dasarnya bermuara pada familiaritas. Dalam bukunya “This is Your Brain on Music”, ahli saraf Daniel Levitin menulis:

“Ketika kita menyukai sebuah musik, itu mengingatkan kita pada musik lain yang pernah kita dengar, dan mengaktifkan jejak memori dari waktu-waktu emosional dalam hidup kita.”

Apa yang kita anggap sebagai “selera” kita hanyalah reaksi dopamin yang muncul dari pola yang dikenali otak kita yang menciptakan ekspektasi kesenangan berdasarkan kenikmatan di masa lalu. Ketika kita berhenti mendengarkan musik baru, hubungan antara pola musik dan kesenangan terputus.

Mungkin butuh satu atau dua dekade untuk sampai di sana, tetapi hasil akhirnya adalah, pada akhirnya, “musik anak muda” akan mengasingkan dan tidak memberikan kesenangan kepada orang dewasa.

Source:

https://link.springer.com/article/10.3758/BF03201225

https://www.abc.net.au/news/2023-02-26/why-do-we-stop-exploring-music-as-we-age/102006492

https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/1029864917697783?journalCode=msxa#bibr27-1029864917697783

4o

Post Comment