Hari Pendidikan, Educated dan Perayaan Berpikir

Di Hari Pendidikan, kita sering merayakan dengan hegemoni sekolah dan upacara—tapi buku Educated karya Tara Westover mengingatkan bahwa pendidikan jauh melampaui itu. Ini adalah kisah tentang perempuan yang tidak pernah menginjak bangku sekolah hingga usia 17 tahun, namun akhirnya meraih gelar doktor dari Cambridge. Pendidikan, dalam kisah Tara, bukan sekadar kurikulum atau sertifikat, tapi perjuangan untuk berpikir, mengakses dunia yang lebih luas, dan—pada akhirnya—membebaskan diri dari kegelapan. Hari Pendidikan semestinya juga jadi hari untuk bertanya: apakah sistem pendidikan kita benar-benar membebaskan, atau justru membentuk manusia yang seragam dan patuh?

‐——–

Tara Westover lahir dalam keluarga Mormon ekstremis di Idaho. Ia tidak punya akta kelahiran. Tidak pernah sekolah. Tidak pernah ke rumah sakit. Pendidikan formal bukan bagian dari hidupnya—karena bagi keluarganya, sekolah adalah jalan menuju kebusukan dunia.

Tapi Tara tumbuh dengan satu hal: rasa ingin tahu.

Dan itulah titik mula segalanya.

Ia mulai belajar sendiri. Membaca buku-buku sejarah dan sains diam-diam. Mengajari dirinya matematika, grammar, dan teori. Hingga suatu hari, ia mengikuti tes ACT dan tanpa diduga, dia diterima di universitas. Perjalanan itu tidak mulus. Bahkan menyakitkan karena harus “melawan orang tua”. Tapi dari keberanian untuk berpikir, lahirlah pendidikan. Bukan dari kelas. Tapi dari kesadaran.

Tara akhirnya meraih gelar doktor dari Cambridge. Tapi bukan itu esensinya. Esensinya adalah ini: pendidikan membuatnya berani memaknai ulang hidupnya sendiri. Ia belajar bukan untuk membanggakan ijazah, tapi untuk melepaskan diri dari kegelapan yang selama ini ia anggap sebagai panduan.

Dan pertanyaannya buat kita hari ini:

Apakah sistem pendidikan kita seperti itu?

Apakah sekolah-sekolah kita memberi ruang untuk bertanya, mempertanyakan, bahkan menantang? Ataukah justru membungkam? Mengajar anak-anak untuk diam. Untuk hafal. Untuk patuh.

Karena terlalu sering, yang kita sebut “pendidikan” tak lebih dari proses menjadikan manusia seragam. Anak-anak diberi nilai A jika berpikir seperti buku, dan nilai rendah jika berpikir seperti dirinya sendiri. Sementara di luar sana, dunia berubah cepat. Tantangannya tidak lagi soal hafalan. Tapi soal berpikir. Soal memahami konteks. Soal keberanian untuk berdiri ketika tak ada yang mendukung.

Pendidikan bukan sekadar angka di rapor. Ia tentang membuka ruang. Ruang untuk gagal. Untuk berpikir. Untuk bertumbuh.

Dan buku Educated memberi kita pelajaran penting:
Bahwa sistem bisa gagal total.
Tapi manusia bisa memilih.
Dan pendidikan, sejatinya, dimulai saat kita memilih untuk sadar.

Hari Pendidikan seharusnya bukan perayaan ranking dan seragam. Tapi perayaan akal sehat. Perayaan keberanian untuk hidup dengan kesadaran. Perayaan kemanusiaan yang berani berpikir—bahkan jika itu berarti harus berdiri sendirian.

Dan kadang, kita perlu mengucapkan selamat tinggal—
pada sistem yang hanya ingin kita menjadi penurut.

Selamat Hari Pendidikan Nasional.
Semoga kita terus belajar. Bukan sekadar menjadi pintar. Tapi menjadi bebas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *