Surabaya dan Pelajaran Tentang Melawan

Surabaya, bukan hanya sekadar kota tempat saya dilahirkan.

Kota yang pernah jadi pusat perlawanan paling berani dalam sejarah republik ini.
Kota yang bikin tentara sekutu sadar:
rakyat biasa pun bisa berdiri tegak kalau yang dipertaruhkan adalah harga diri.

Dan tanpa kita sadari, itu jadi cara hidup.
Tertanam di jalanannya.
Di logatnya yang medok dan penuh tenaga.
Di kepala-kepala yang keras tapi hatinya ikhlas.

Dan Surabaya ngajarin saya satu hal:
kalau kamu tidak dilahirkan dengan kemudahan, kamu bisa dilatih dengan keberanian.



Besok saya akan kembali ke Jakarta.
Kembali ke rapat. Ke deadline. Ke dunia yang cepat dan kadang nggak kasih waktu untuk bernapas.

Tapi malam ini, saya mau berhenti sebentar.
Buat nginget lagi:
Bahwa saya dibesarkan oleh kota yang tidak pernah kenal kata menyerah.

Dan saya percaya, setiap kita yang pernah tinggal di Surabaya,
pasti punya sedikit api yang sama.

Api itu mungkin kecil.
Tapi dia cukup untuk bilang satu kalimat ini:

“Tangih cuk”

Karena mungkin, itu definisi paling jujur dari sebuah perlawanan.
Bukan tentang menang atau kalah.
Tapi tentang keberanian untuk berjuang hingga titik darah penghabisan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *