May the struggle live long.
Saya melihat kalimat itu nongol di story teman saya.
Saya sudah sering mendengar atau melihatnya, tapi mungkin karena lagi break kerja, sehingga membawa saya merefleksikan kembali kalimat itu.
Kalimat yang sering dibisikkan pelan antar sahabat, diteriakkan di tengah aksi, ditulis di kaos oblong lusuh, dan disimpan diam-diam di dada mereka yang masih percaya… bahwa dunia dan hidup yang kita jalani ini bisa berubah, berubah menjadi lebih baik
“Panjang umur perjuangan.”
Now, I know—this is not a phrase you say lightly.
Karena perjuangan itu tidak pernah nyaman, dan tidak akan pernah nyaman
Bukan sesuatu yang orang pilih karena ingin—tapi karena harus.
Setiap generasi punya bentuk perjuangannya sendiri.
Its own mountain to climb.
Its own system to challenge.
Its own truth to defend.
The question is—will we rise to meet it?
Ketika kita mengatakan “panjang umur perjuangan”, kita bukan sedang memuliakan kesulitan.
Kita sedang menghormati ketahanan.
Kita sedang berkata:
“Damn it, Meskipun aku lelah, aku berjanji gak akan berhenti.”
“Meskipun hasilnya belum terlihat, aku tetap akan terus mencobanya walaupun dengan keterbatasan.”
“Meskipun dunia belum percaya pada kita—Dan pada waktunya nanti, akan ada waktu pembuktian.”
Because the people who changed the world didn’t always win the first round, sebut saja sumpah pemuda dan lama perjalanannya menuju kemerdekaan
Mereka tidak selalu punya modal besar, tidak punya kedudukan hingga kekuasaan
Yang mereka punya… adalah persistence.
Dan persistence adalah bentuk perlawanan paling sunyi sekaligus mematikan.
Di Indonesia, sejarah kita penuh dengan cerita perjuangan.
Bukan cuma di medan perang.
Tapi juga di ruang kelas, ruang sidang, dapur, sawah, gang sempit di pinggir kota.
Orang-orang biasa yang memilih berdiri di saat dunia menyuruh kita tunduk.
Yang memilih diam dan seolah tak terjadi apa-apa adalah pilihan paling aman.
Mereka berjuang untuk keadilan.
Untuk kesetaraan.
Untuk harga diri.
Untuk sesuatu yang lebih besar daripada kepentingan pribadi.
Dan hari ini, perjuangan itu dilanjutkan oleh generasi baru.
Bukan dengan senjata.
Tapi dengan kode. Dengan konten. Dengan komunitas. Dengan kreativitas.
Berjuang bukan hanya untuk kemerdekaan, tapi untuk akses.
Untuk fairness.
Untuk hak dilihat dan didengar secara meritrokratis
Jadi, ketika kita mengatakan “panjang umur perjuangan”, kita bukan sedang mengenang masa lalu.
Kita sedang berjanji pada masa depan.
Tapi mari kita luruskan satu hal:
Ini bukan tentang marah terus-menerus.
Bukan tentang teriak paling keras atau pencarian validasi kebenaran.
This is about sustainable struggle.
Bukan perjuangan yang menghabiskan, tapi yang membangun.
Yang tidak hanya melawan, tapi juga menciptakan.
Yang tidak hanya merobohkan, tapi menawarkan alternatif.
Yang tidak hanya bilang “tidak”, tapi juga memperlihatkan: “ini loh, alternatif lain yang bisa.”
Karena tujuan dari perjuangan… bukan untuk berjuang selamanya.
Tujuannya adalah moving forward together.
Ya, perjuangan itu bisa terasa panjang.
Kamu bekerja keras.
Kamu bersuara.
Kamu membangun sesuatu.
Kamu mencoba menggoyang sistem.
Dan kadang, tidak ada yang berubah—setidaknya, belum.
Tapi percayalah (dan sejarah telah membuktikannya):
Progres itu tidak selalu terlihat.
Bukan berarti dia tidak terjadi.
Perubahan sering kali bergerak diam-diam sebelum akhirnya terdengar lantang.
Kalau kamu lelah, istirahatlah. Tapi jangan menyerah.
Kalau kamu merasa tak terlihat, ingat: akar itu tumbuh di bawah tanah sebelum pohon muncul ke permukaan.
Dan kalau kamu mulai ragu apakah semua ini layak—lihatlah sekelilingmu.
Kamu tidak sendiri.
Mungkin saat ini, kamu berjuang untuk memperbaiki kehidupan keluarga, meninggikan derajat orang tua.
Untuk upah yang layak.
Untuk bersihnya birokrasi.
Atau mungkin, sekadar untuk diakui sebagai diri sendiri.
Apapun itu, teruslah berjalan.
Karena perjuangan bukan tanda bahwa kamu gagal.
Perjuangan adalah bukti bahwa kamu peduli.
Bahwa kamu percaya dunia ini bisa lebih baik.
Bahwa hatimu masih hidup—masih terbakar—masih menolak untuk pasrah.
Kalaupun mungkin kita belum menang hari ini.
Tapi kita memastikan satu hal:
Perjuangan ini tidak mati.
Dan itu… sudah merupakan sebuah kemenangan.
Panjang umur perjuangan.
May the struggle live long.
Dan semoga kita cukup berani untuk menjalaninya dengan baik.