×

[Book Review] Phylosophy 101, Ilmu tentang Kebijaksanaan (Love of Wisdom)

Filosofi, sebuah ilmu yang dikenal banyak orang dengan berbagai versi. Ada yang beranggapan bahwa filosofi adalah aktivitas fafifu wasweswos yang sama sekali tidak ada gunanya atau super berguna dalam pencarian jati diri macam buku Alchemist. Di ranah yang lebih besar, filosofi digunakan untuk membentuk sebuah narasi yang bisa menggerakkan banyak orang, entah narasi yang dibawa adalah Kanan atau Kiri, Fasis atau Progresif, dan faham-faham lainnya yang tidak akan pernah lepas dari pengaruh filosofi. Dan pada kenyataannya, Filosofi, memberikan kebebasan kita untuk memilih, termasuk memberikan pilihan ber-filosofi atau hanya mengikuti sebuah Narasi. Jadi, Filosofi itu apa?

Buku Phylosophy 101, menurut saya, adalah salah satu buku terbaik untuk menjelaskan Filosofi for Dummies. Di dalam buku ini dijelaskan apa arti dari filosofi, filosofi itu sendiri memiliki arti “love of wisdom”. Buat saya Bijaksana adalah satu level diatas pintar, karena banyak orang pintar tapi tidak semuanya bijaksana, sesimpel bijaksana dalam mengutarakan hal yang dianggap benar. Love of wisdom inilah yang memandu pada philosophers untuk mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan fundamental para filsuf, seperti Siapa saya dan Untuk apa saya hidup.

Mungkin kita beranggapan bahwa filosofi hanya untuk Filsuf, tetapi pada dasarnya, setiap manusia berfikir secara tidak sengaja juga berfilosofi dalam setiap kegiatannya. Filosofi bukanlah kata-kata yang keluar dari mulut Socrates, Plato hingga zaman Friedrich Nietzsche. Filosofi lebih dari itu, saat kita mempertanyakan etic saat membuat peraturan di tingkat RT pun, kita sedang ber-filosofi, hingga (di berbagai versi) seorang programmer yang sedang melakukan computing programming adalah aktivitas filosofi. Bisa disimpulkan, semua kegiatan yang membutuhkan kebijaksanaan, kita sedang ber-filosofi. Bisa dikatakan, kita ber-filosofi hampir setiap hari. Yang membedakan adalah di-buku-kan hingga menjadi sebuah ide atau tidak.

Hampir 80% buku ini menjelaskan sejarah filosofi dan tokoh-tokohnya, dan hal itu sulit rasanya merangkumnya di tulisan ini, karena banyak banget hehehe, jadi untuk sejarahnya, teman-teman bisa membacanya ya. Dari saya mungkin lebih menggaris bawahi beberapa subject di filosofi yang perlu kita ketahui:

  1. Metaphysics : Subject ini mempelajari reality dan alam semesta beserta isinya
  2. Logic : Bagaimana membuat sebuah argumen yang valid dan legit, jadi disini tidak ada istilah “pokoknya”
  3. Epistemology : Proses bagaimana kita mendapatkan ilmu pengetahuan
  4. Aesthetics : Tentang seni dan keindahan
  5. Politics : Mengenai serba-serbi tentang politik, pemerintahan dan fungsi dari masyarkat
  6. Ethics : Membahas tentang moralitas dan bagaimana kita hidup di dalamnya

Jadi saat kita discuss soal filosofi, kita perlu pastikan kita masuk ke ranah mana, tentu akan jaka sembung bawa gitar saat Metaphysics dicampurkan dengan ethics, bisa saja sih tapi tentu perputaran bumi mengelilingi matahari jauh hubungannya dengan etika saat berpacaran

Satu hal menarik tentang filosofi, adalah terkadang filosofi menjadi musuh agama. Tidak sedikit, sebuah “majelis agama” melarang murid-muridnya berfilosofi, kenapa ini bisa terjadi? bukankah filosofi melatih kita berfikir hingga menemukan kebijaksanaan? Jawaban (versi saya) adalah filosofi mengancam status quo. Di dalam filosofi, tidak jarang kita dituntut mempertanyakan peraturan yang sudah ada, tentu saja untuk organisasi yang memiliki power distance sangat tinggi, hal ini sangat bertentangan dengan apa yang mereka percaya. Dan ini tentu menjadi PR kita bersama, bagaimana membuat sebuah lingkungan yang men-support generasi muda untuk kritis dalam berfilosofi tapi di sisi lain, jangan sampai TERLALU kehilangan arah. Kenapa TERLALU? karena buat saya kehilangan arah adalah sebuah proses perjalanan untuk menemukan arah yang benar.

Banyak sekali hal yang saya bahas mengenai filosofi dari kacamata penikmat filosofi, karena saya tidak begitu suka beradu argumen tentang hal-hal yang fundamental, saya lebih suka yang praktikal. Mungkin di tulisan lain kita bahas filosofi lagi termasuk pertanyaan : Jika rumus (dan teori) sungguh menggambarkan dunia, mengapa teori dapat berubah? Apakah artinya rumus fisika hanya karangan para ilmuwan belaka?

Post Comment