Kalian pernah merasa gak kalau terkadang berita yang kita tonton terkesan subjektif ke pihak tertentu? Apalagi kalau sudah pilpres atau pilgub, kanal berita cenderung memberitakan informasi yang menguntungkan “jagoannya”, padahal berita seharusnya objektif dan informatif
Noam Chomsky di bukunya Manufacturing Consent: The Political Economy of the Mass Media, menceritakan bahwa Media Massa memiliki sisi gelap yang belum pernah kita bayangkan sebelumnya. Noam Chomsky berargumen bahwa dengan pembagian kekayaan dan kekuasaan yang tidak merata, muncul distribusi cerita yang sangat tidak merata yang menguntungkan kelas atas. Meskipun media sering kali mengklaim bahwa laporan mereka objektif dan dapat dipercaya, pada kenyataannya, mereka hanyalah boneka dari orang-orang yang berkuasa dan memiliki banyak uang.
Yang masyarakat perlu tahu adalah Media tidak bergerak sendiri sebagai sebuah institusi. Ada kepentingan yang bermain di sebuah perusahaan media, yang kemudian menyaring berita untuk memenuhi kepentingan atau tidak merugikan kepentingan tertentu. Mungkin beberapa dari kita pernah bertanya-tanya, mengapa sebuah berita menjadi headline dan sementara yang lain tidak? Siapa yang menentukan berita itu menjadi headline? Siapa yang menentukan seberapa sering intensitas berita itu keluar? Mengapa mereka melakukan itu?
Untuk menjawab pertanyaan itu, Noam Chomsky membaginya menjadi lima parameter yang digunakan media untuk menentukan berita itu menjadi berita penting atau tidak:
- Size, Ownership and Profit Orientation (Ukuran, Kepemilikan, dan Orientasi Keuntungan). Media mainstream biasanya berbentuk perusahaan yang digerakan untuk memperoleh keuntungan. Mereka harus memerhatikan kepentingan pemilik modal yang ingin investasinya kembali. Karena itu di masa saat ini yang dikejar adalah rating, click bait, jumlah pembaca dan pemirsa yang bisa mendatangkan iklan sebesar-besarnya untuk memperoleh keuntungan. Di Indonesia, media mainstream dikuasai para taipan media yang jumlah sebenarnya bisa dihitung oleh jari– contohnya saja MNC Group, CTCorp, Media Indonesia yang mengusai konvergensi media di Indonesia. Apakah para pemilik modal ini tidak berkepentingan dalam pemberitaan? Bisa iya bisa tidak.
- The Advertising License to Do Business: revenue stream atau sumber pendapatan utama media sebagai perusahaan berasal dari iklan. Nah langsung ataupun tidak langsung, para pengiklan ini memiliki otoritas untuk mengatur sebuah berita. Ketika sebuah media memberitakan tentang bahaya MSG misalnya sementara mereka menerima iklan dari perusahaan kaldu buatan, apakah itu tidak akan kontradiktif? Atau perusahaan media yang menerima iklan dari perusahaan tambang, apakah masih akan memberitakan berita tentang kerusakan lingkungan akibat perusahaan tambang? Sebuah kontradiktif
- Sourcing Mass Media News – Sumber berita media massa: menurut Chomsky, birokrasi – birokrasi pemerintahan adalah supplier berita, menyiapkan materi berita dan mengatur bagaimana sebuah isu menjadi berita. Tidak Cuma dalam bentuk rilis pers atau press conference, tapi juga potongan video, suara dan sebagainya. Yang perlu dikritisi juga, apakah setiap hal yang keluar dan disiapkan oleh pejabat pemerintahan adalah sebuah berita? Apakah ada kepentingan lain di dalamnya
- Flak and the Enforcers: Flak itu respon negative atas pemberitaan sebuah media, seperti gugatan masyarakat, keluhan. Flak ini bisa berdampak mahal bagi media karena kehilangan iklan belum lagi dana yang keluar kalau harus menempuh jalur hukum. Flak bisa diorganisir oleh sekelompok orang berpengaruh atau Think Thank.
- Anti-Komunisme, adalah ketika media digunakan sebagai alat propaganda pemerintah menolak komunisme dan terus menerus digaungkan. Chomsky menulis ini untuk menjelaskan media saat perang dingin berlangsung (1945 – 1991). Anti komunisme kemudian berganti dengan jargon “Perang melawan Teror” pasca serangan WTC September 2001. Di Indonesia gaung anti komunisme tak pernah berhenti, lihat bagaimana pemberitaan besar-besaran tentang rampasan buku yang dianggap menyebar paham komunisme dan PKI oleh TNI. Selain Perang melawan Teror juga terus dibunyikan.
Dalam bagian kesimpulan, Chomsky berpendapat bahwa di masa mendatang, tatanan politik demokratis akan merasuki dan mengendalikan media. Organisasi dan kelompok dalam masyarakat, jejaring aktivis menjadi elemen penting untuk menjaga demokrasi dalam tatanan kehidupan sosial dan untuk melakukan perubahan sosial. Salah satunya untuk memastikan kita membangun dan mendapati sebuah media yang bebas dan independen.
Pada saat ini, media telah bertransformasi, tidak hanya berpangku pada media mainstream, tetapi juga media alternatif atau melalui social media. Sebagai masyarakat umum, ada baiknya kita menelaah semua berita yang ada, jangan dimakan mentah-mentah karena bisa jadi kita hanyalah pion media yang digunakan untuk mendukung atau melawan kepentingan suatu pihak. Dan menyebarkan informasi haruslah sangat ekstra hati-hati, karena bisa jadi itu adalah hoax yang dibuat untuk memprovokasi suatu kepentingan. Sharing is not caring, sharing without self-filtering is dangerous