[Book Review] Rising Strong, Anti Menyerah-Menyerah Club
Vulnerability is not winning or losing; it’s having the courage to show up and be seen when we have no control over the outcome. Vulnerability is not weakness; it’s our greatest measure of courage
Buku Rising Strong ini ditulis oleh Brene Brown, seorang Profesor di University of Houston dan merukapan #1 New York Times Bestseller di tahun 2016.
Rising Strong adalah sebuah buku yang mengajarkan kita tentang bagaimana bangkit dari kegagalan. dan berani untuk mencoba dan berusaha lagi tanpa dihantui bayang-bayang dari kesalahan masa lalu. Buku ini pula yang memberikan keberanian kepada kita untuk tidak terus menghindar dari kesalahan atau kegagalan masa lalu, sebaliknya, melangkah maju sembari berkata “Yuk, bisa yuk, Mari kita coba lagi”.
Dan di buku ini dijelaskan bagaimana cara untuk menjadi Rising Strong (Kembali lagi menjadi lebih kuat), yang dibagi menjadi 3 Fase:
- Fahami Emosi-mu, apa yang membuat kamu semangat, sedih dan bahagia (Reckoning)
- Berdamai Dengan Diri Sendiri, terutama saat ada pemahaman atau keyakinan yang salah (Rumble)
- Mulai Merubah Sikap (Revolution)
note : Bahasa Inggris dari 3 poin tersebut tidak saya artikan secara harfiah, karena kerasa aneh
Fahami Emosi-mu
Memahami emosi diri sendiri adalah hal yang sepele tetapi banyak orang tidak menyadari itu. Mengetahui dan memahami diri sendiri, tentang hal apa saja yang bikin diri sendiri bahagia, sedih, marah, bersemangat hingga merasa tidak percaya diri itu gampang-gampang susah. Bukti paling mudah adalah bagaimana kita cukup kesulitan mendeskripsikan diri sendiri dalam 5 menit.
Padahal hal ini sangat penting, karena bagaimana bisa kita tahu apa yang membuat diri ini bersemangat jika tidak tahu penyebabnya. Untuk membantu saya memahami diri sendiri, saya menuliskan Strenght, Weakness, Working preference, apa yang membuat saya enjoy dan hal apa yang menghabiskan energi/emosi saya
Hal ini sangat membantu saya dalam mengontrol emosi saya. Sebagai contoh, saya pernah berada di kondisi tidak percaya diri dan merasa “not good enough”. Dan hal ini cukup toxic buat saya sehingga tidak fokus melakukan apa-apa. Setelah saya sedikit step back dan menganalisa mengapa ini terjadi, saya menyadari hal ini selalu terjadi saat menemui orang yang saya rasa lebih pintar dari saya.
Sehingga sekarang, saat saya harus meeting dengan orang yang lebih pintar dari saya, saya lebih mempersiapkan diri.
Berdamai Dengan Diri Sendiri
Mengakui kesalahan dan kegagalan adalah bukan hal yang mudah dilakukan. Saat manusia mengalami kegagalan, ada kecenderungan membelah diri dan mencoba menyalahkan keadaan luar atau orang lain. Dan tidak jarang kita “mengarang” cerita hanya untuk membuktikan kita tidak salah dan baik-baik saja. Padahal dengan mental seperti ini, tidak membawa kita kemana-mana, yang ada hanyalah waktu habis untuk mencari pembelaan.
Hal ini lah yang perlu dirubah mindsetnya. Semua orang pernah berbuat salah, dan itu normal. Salah satu blocker seseorang tidak mengakui pernah gagal atau berbuat salah adalah karena takut omongan orang, percayalah : (1) kita kadang terlalu GeRe orang memikirkan kita, padahal bisa jadi orang tersebut membicarakan kegagalan kita selama 5 menit saja, tapi kita memikirkannya seharian, tentu saja itu tidak adil (2) Dengan membuat cerita bohong untuk menutupi kegagalan kita, lambat laun akan terbongkar juga. Sehingga, berdamailah dengan diri sendiri bahwa kita adalah manusia biasa yang bisa kapan saja berbuat salah. Menyadari kesalahan, minta maaf, dan bergerak maju lagi serambi memperbaiki
Mulai Berubah
Setelah berhasil memahami apa yang bisa merubah mood kita dan sudah berdamai dengan diri sendiri, tinggal prakteknya untuk berubah. Tidak perlu perubahan drastis, perubahan sedikit demi sedikit pun tidak apa-apa asalkan konsisten. Dan yang perlu diperhatikan pada saat proses merubah diri “MENJADI LEBIH KUAT” adalah (1) Jangan segan meminta bantuan kepada orang lain. Meminta bantuan bukan memperlihatkan terlihat lemah, malah sebaliknya, ini memperlihatkan bahwa kita tahu terhadap diri sendiri. (2) Tidak ada yang instan, dalam proses memperbaiki diri dan keluar dari kegagalan, dibutuhkan proses, tidak seperti membangun Candi satu hari satu malam. Nikmati prosesnya, jika perlu lakukan refleksi diri secara berkala
Secara umum, buku ini sangat filosofis. Membahas tentang prinsip hiduo, bukan taktik. Buat kamu yang merasa takut untuk mencoba karena sering gagal, buku ini sangat direkomendasikan untuk kamu, untuk membantumu bangkit dan menjadi semakin kuat lagi
Let me ask you something. If someone prays for patience, you think God gives them patience? Or does he give them the opportunity to be patient? If he prayed for courage, does God give him courage, or does he give him opportunities to be courageous? If someone prayed for the family to be closer, do you think God zaps them with warm fuzzy feelings, or does he give them opportunities to love each other? – Evan Almighty (2007)
MANIFESTO OF THE BRAVE AND BROKENHEARTED
There is no greater threat to the critics and cynics and fearmongers
Than those of us who are willing to fall
Because we have learned how to rise
With skinned knees and bruised hearts;
We choose owning our stories of struggle,
Over hiding, over hustling, over pretending.
When we deny our stories, they define us.
When we run from struggle, we are never free.
So we turn toward truth and look it in the eye.
We will not be characters in our stories.
Not villains, not victims, not even heroes.
We are the authors of our lives.
We write our own daring endings.
We craft love from heartbreak,
Compassion from shame,
Grace from disappointment,
Courage from failure.
Showing up is our power.
Story is our way home.
Truth is our song.
We are the brave and brokenhearted.
We are rising strong.
Post Comment