Rupiah melemah terhadap dollar, pertanda apa?
Seperti kita ketahui bersama, Nilai tukar rupiah melemah secara signifikan sejak akhir pekan lalu. Bahkan, nilai tukar mata uang kita sudah tembus hingga Rp 14.000 per dollar AS. Entah kenapa sekarang begitu ramai, karena ‘sebetulnya’ kita pernah mencapai titik yang lebih tinggi yaitu pada pertengahan 2015 (lihat grafik).
Jika rupiah melemah menandakan apa? apakah menandakan ekonomi Indonesia melemah? Meskipun Paul Simon di bukunya The Dollar Crisis mengatakan bahwa A weak currency is the sign of a weak economy, and a weak economy leads to a weak nation (dan sepertinya banyak yang ngambil mazab ini), kenyataannya GDP per-capita tidak berkorelasi dengan exchange rates (untuk penjelasannya bisa dibaca di sini https://www.economicshelp.org/blog/5657/economics/exchange-rate-and-economic-growth/ )
Terus dampaknya apa dong? Saya kutip penelitian dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF)
Pertama, Meningkatnya Aliran modal asing yang keluar karena tentu saja investor akan lebih memilih berburu surat utang AS
Kedua, Melemahnya daya saing produk Indonesia terhadap ekspor, terutama yang industrinya bergantung pada barang impor. Karena dolar semakin mahal, maka biaya produksi dari produk tersebut akan semakin mahal pula, otomatis harga dari produk jadi tersebut akan semakin tinggi pula
Ketiga, Risiko gagal bayar apalagi utang swasta yang belum dilindung nilai (hedging) akan naik karena beban pembayaran cicilan dan bunga utang luar negeri pemerintah maupun korporasi makin besar.
Terakhir, harga BBM siap-siap akan ‘naik lagi’, karena untuk minyak mentah, Indonesia masih impor, bahkan impor minyak Indonesia tercatat sebanyak 350-500 ribu barel per hari. Otomatis, mau gak mau, harga BBM akan tertekan karena ‘penyesuaian harga’
Dari kejadian ini (rupiah melemah), sayangnya pemerintah lebih sering mem-point out hal ini dikarenakan faktor eksternal seperti faktor kebijakan Trump melakukan penurunan pajak, intervensi AS dalam mengintervensi harga minyak dunia, percobaan rudal Korea Utara, besarnya kepemilikan asing di pasar keuangan Indonesia, dll.
Entahlah, saya cuma berfikir, siswa yang cerdas tidak akan menyalakan soal ujiannya yang semakin sulit jika nilai ujiannya yang jelek (I hope you got my point)
Anyway, melemahnya rupiah awalnya saya pikir merupakan hal yang normal setelah pilpres (lihat grafik), karena rupiah akan berangsur-angsur kembali menguat beberapa tahun kemudian (meskipun ada Krisis Ekonomi Global pada tahun 2008-2009). Kita doakan, semoga tren itu juga terjadi pada pemerintahan kali ini, karena jika tidak, pekerjaan rumah besar akan ditanggung oleh pemerintah selanjutnya (siapapun terpilih nantinya) karena tidak menutup kemungkinan, rupiah akan semakin melemah karena dampak pilpres (yang tren-nya selalu begitu)
Post Comment