Semua menjadi tidak penting
Maaf kali ini saya akan bercerita sedikit melankolis, tidak seperti biasanya tapi entahlah hanya ingin berbagi cerita saja.
Saya mempunyai sebuah komunitas, sebut saja nama-nama mereka adalah Nazar, Winto, Aliyah, Yani, Okta, Tina, Putra, Adi, Candra, Wahyu, Wiko, Fandhi, Nanda
Dari nama-nama tersebut 5 yang saya sebut pertama bisa dibilang paling senior di antara kita ber-14. Dan ke-5 orang tersebut sering menjadi inisiator trip kita ataupun saat ada acara kumpul-kumpul.
Someday Tina diajak jalan bareng ma Margareth. Selain tina, margareth juga mengajak saya, Candra, Wahyu dan Adi. Dan secara kebetulan kita mengajak Putra, Wahyu, Wiko, Fandhi dan Nanda.
Pada malam kita berkumpul (komunitas kita – 5 orang tersebut + beberapa orang) , tentu saja kita bersenang-senang. Dan tanpa diduga 5 orang yang tidak kita invite mengetahui hal itu. Saya kurang tahu mereka ‘tersinggung’ atau tidak tetapi yang pasti ada rasa kekecewaan walaupun sedikit.
Tanpa pikir panjang saya jelaskan duduk permasalahannya ke 5 orang tersebut. Mengapa saya lakukan itu ? Secara hak, kita tidak salah. Itu hak kita mengajak siapapun. Tetapi secara perasaan, saya tahu betul perasaan menjadi orang yang terlupakan. Setelah melakukan banyak hal bersama dan memberikan segala ‘rasa’, dengan alasan apapun kita terlupakan. Menurut saya, at least mereka diberi tahu dan saya yakin mereka pasti mengerti.
Saat berbicara dengan Tina, saya juga merasa tidak ada yang salah dengan ini. Tetapi itulah, perasaan, tidak bisa kita rasakan dengan logika, hanya rasa empati lah yang bisa merasakan perasaan itu sendiri. Saya tidak mau menjadi seseorang yang terlupakan oleh sebab itu saya berusaha sebisa mungkin tidak melupakan. Dan apabila pada akhirnya kita terlupakan, apa yang bisa kita lakukan ?
Saya mengutip perkataan seorang teman, saat terlupakan dan asa-mu tidak dibutuhkan, mundurlah selangkah, berbaliklah arah, temukan hal baru dimana kamu tidak merasakan “semua menjadi tidak penting”
Btw, Silent is not always Gold
Post Comment