What the Night
Malam ini cukup membuat badan capek semua, semua berawal dari mati lampu di soetta. Peristiwa tersebut memberikan dampak ke seluruh penerbangan yang ke soetta termasuk penerbangan dari juanda. Semua pesawat tidak bisa mendarat di soetta dikarenakan radar bandara mati.
Bisa ditebak. penerbangan delay semua, banyak yang ngomel-ngomel. Saya cuma bisa tersenyum melihat orang-orang tersebut. Kalau kejadian gini mau gimana lagi, mau maksain terbang dengan resiko “terbang tanpa radar”, itu lebih serem dari delay.
Sebenarnya pihak “Lion air” tidak salah juga sih, karena masalahnya ada di bandara. Tapi yang saya sayangkan adalah pihak lion air tidak menjelaskan penyebab penerbangan delay, ya jelas penumpang marahnya ke lion. Saya sempat “nguping” pembicaraan salahnsatu pilot bule, intinya dia bilang : “kenapa tidak dijelaskan masalahnya? saya juga tidak mengerti masalahnya”.
tapi alhamdulillah penerbangan bisa diberangkatkan meskipun baru nyampek soetta pukul 23.30 yang seharusnya mendarat di soetta pukul 8.15. Kalau ingat dulu, saya pasti sudah jengkel dan marah-marah gak jelas. Alhamdulillah kehidupan telah memberikan saya banyak pembelajaran, termasuk kondisi barusan.
Badan Boleh Capek, tapi Hati Gak Boleh Capek
Setelah sampek apartemen, eh liftnya mati. Sempet ada perasaan jengkel, tapi sekali lagi “mau gimana lagi”. Akhirnya saya lewat tangga menuju lantai 5. Sebuah malam yang panjang, dan saya bersyukur. Allah telah memberikan “ujian” ke hambahnya, dan saya rasa kali ini saya cukup mendapatkan poin yang “not bad” lah. Semoga saya tetap dapat mempertahankan karakter/sifat saya ini ketika menghadapi masalah/kondisi yang lebih serius.
Marah adalah pilihan, begitu juga saat kita memilih untuk tidak marah
Post Comment