Saat kuliah saya mengalami dalam konsentrasi mengerjakan apapun (saat itu saya sedang dalam tahap menyelesaikan tugas akhir saya). Seperti biasanya pada tengah malam, saya sering menyempatkan diri untuk mengobrol dengan sahabat saya adhya husni di McD deket kos saya. Sebuah pertanyaan terlontar dari mulut saya, “Hus bagaimana sih belajar konsentrasi?”
Husni menjawab :
Jika ingin melatih kosentrasi maka sholat tahajud
Jika ingin melatih disiplin maka sholat 5 waktu
Jika ingin melatih sabar maka puasa lah
Jika ingin melatih rasa ikhlas maka zakat
Jika belum bisa disiplin, konsentrasi, sabar dan ikhlas berarti ada yang belum benar dengan ibadahmu
Saat itu pikiranku melayang kemana-kemana. Benar, tidak mungkin orang yang ibadahnya “benar”, kehidupannya akan berantakan. Semua sudah diatur, sholat 5 waktu melatih kita untuk tepat pada waktu, tidak bisa ditawar, disiplin.
Puasa membuat orang sabar dan jujur. Tidak mungkin rasanya jika ada orang yang puasanya “benar”, mereka melakukan kebohongan, korupsi, menipu. Karena urusan dengan tuhannya saja dia tidak berani “berbohong” bagaimana mungkin bisa berani melakukan kebohongan dengan sesama makhluk hidup.
Zakat, jika zakatnya “benar”. Saya yakin, orang tersebut faham betul akan ikhlas dan berbagi. Jika tidak, mana mungkin dia bersedia menyisihkan harta tiap bulan untuk kepentingan orang yang kurang mampu
Dari logika tersebut, saya yakin-seyakin-yakinnya, orang yang ibadahnya bagus, kehidupannya juga bagus. Jika ada orang yang ibadahnya “kelihatan” bagus tapi korupsi, berarti ada yang salah dengan ibadahnya