Final Sea Games (Indonesia U23)
Ini bukan report pertandingan Final SepakBola SeaGames, tapi ini hanyalah sebuah kisah kecil 2 orang manusia yang berusaha menonton timnas tercintanya. Belum mendapatkan tiket dan datang mepet (6.30 pm) adalah salah satu cerita tentang kisah saya dan deneng.
Pada awalnya saya tidak ada rencana datang karena ada meeting yang bisa dipastikan selesai menjelang maghrib. Saat meeting selesai, entah setan darimana yang membujuk saya menghubungi deneng untuk mengkonfirmasi jadi atau tidaknya berangkat (niatnya iseng saja), Deneng membalas jadi. Saya datangi deneng, dan saya mendapatkan poin-poin yang harus saya perhatikan sebelum berangkat :
- Belum ada tiket
- Kita kemungkinan baru nyampek GBK jam 6, berarti tidak memungkinkan untuk membeli tiket di loket (berharap pada calo)
- Arus kesana pasti ramai dan macet, kita belum memutuskan akan naik apa
Saya berfikir sejenak, saya memutuskan berangkat. Pertanyaan pertama adalah naik apa menuju GBK. Taksi? Tidak ada yang mau mengantarkan kesana. Busway? Bisa dipastikan sangat ramai. Akhirnya harapan hanya pada kopaja, tetapi masalahnya kopaja sudah penuh dan masuk jalur cepat, kita menyerah?
Sayangnya tidak, urat nadi bonek arek suroboyo ternyata masih melekat di darah kita.
Kita jalan mendekati persimpangan dimana kopaja tersebut akan memasuki jalur cepat. Gotcha, kita akhirnya mendapatkannya, dengan tubuh separuh di luar dan separuh di dalam kopaja (Can you imagine it?).
Sesampainya di GBK ada masalah, tidak ada satupun calo yang tersedia, di titik sinilah saya mulai pasrah, saya hanya mengikuti kemana deneng pergi, saya melihat semangat deneng yang tidak kenal menyerah untuk mendapatkan tiket masuk GBK (kondisinya sama seperti saya hanya mengikuti mas Hendrawan pergi untuk mendapatkan tiket bus ke genting, baca : Genting Highland ). Dan? Ya bisa ditebak, semua calo kehabisan tiket, saya cuma bisa lemas, dan saya berusaha menghibur diri, minimal bisa menonton bareng di halaman GBK.
Tapi sayangnya saya salah, si Deneng tidak menyerah begitu saja, saya hanya terbelalak dan hanya berucap Gila juga nih orang. Saya terasa malu keadaan seperti ini, dimana hatta yang dulu,
yang berjuang hingga peluit terakhir ditiupkan.
Berdesak-desakan, didempet sana sini dan finally kita bertemu oknum yang dapat memasukkan kita ke GBK (tidak perlu ditiru).
Alhamdulillah, kita bisa masuk dan menonton dalam stadion. Meskipun indonesia kalah,
saya masih bisa merasakan sebuah rasa, semangat, gairah untuk tidak menyerah dari pemain indonesia,
pemain indonesia hanya kurang beruntung. Mereka telah berjuang hingga menit terakhir.
Tiada kata menyerah hingga peluit terakhir dibunyikan
Sebuah pengingat untuk diri saya sendiri NEVER QUIT
Post Comment