Tuhan di Balik Jeruji
Kudambakan dunia tanpa tuhan
Bumi, matahari, tanah dan laut
Gunung-gunung, sungai, gelombang
Awan dan langit, partikel dan magnet
Tanpa tuhan
Sebab buat apa Tuhan,
kalau tak juga ada kesetiaan
Kumimpikan hanya ada benda-benda
Yang bernama batu, tikus, manusia
Batu tanpa tuhan, tikus tanpa tuhan
Sebagaimana manusia
Ketapel, kepala, ranting pohon
Tanpa tuhan
Sebab untuk apa Tuhan,
Kalau yang berkuasa toh permusuhan
Kuidamkan negeri tanpa tuhan
Pemerintahan tanpa tuhan
Gedung-gedung, kantor, meja kursi
Istana dan kantor kelurahan
Filsafat dan undang-undang
Tanpa tuhan
Sebab meskipun Tuhan sendiri tak kurang suatu apa
Tapi hatiku lemah mendengar Ia diperhinakan
Engkau Tuhan yang sejati
Tinggalkanlah negeri ini
Negeri badan tanpa ruh
Negara otak tanpa akal
Bangsa yang buta sehingga tak mengerti kegelapan
Pemimpin-pemimpin yang menjijikkan
Masyarakat yang bebal dan tak bisa ditolong
Rakyat yang andalannya hanya ketidakberdayaan
(Negeri Tanpa Tuhan “ Emha Ainun Nadjib “ 17 Juni 2003)
Saya akan mencoba mengingat isi dari kenduri cinta 2 minggu lalu, cukup terlambat/basi menulis tulisan ini. Awalnya saya ingin menulis ini maksimal 1 minggu setelah acara, tapi apa mau dikata, pekerjaan dan kewajiban menjadi pacar orang harus menjadi prioritas utama. Cukup lega juga tengah malam setelah do-TA dan menyelesaikan PICA, persiapan buat go live dan business model canvas, finally saya bisa ada waktu untuk menulis (sudah cukup ya curhatnya)
Seperti biasa acara dilaksanakan pada hari jumat minggu ke-2. Saya dan teman saya (Ahmad Imam Syahroni) telah membuat janji terlebih dahulu untuk menghadiri acara ini.
Acara dibuka dengan puisi doa ciptaan Chairil Anwar dan beberapa puisi lainnya. Ada sebuah 1 kalimat yang menggelitik pikiran saya
Bagaimana bisa menjawab korupsi berjamaah di negeri kaya raya
Tibalah saatnya Cak Nun berbicara, dia membuka dengan kata
Sungai bukanlah sungai jika tidak menuju ke laut, begitu juga dengan pemerintahan
Beberapa menit saya berfikir, akhirnya saya bertanya ke rekan saya, roni. Dia menjelaskan jika saat ini pemenrintahan kita bukanlah pemerintahan karena segala kebijakan tidak menuju ke rakyat, begitu juga dengan sungai, sungai bukanlah sungai jika tidak menuju ke rakyat
Pembahasan selanjutnya, Cak nun berbicara mengenai banyaknya ormas islam saat ini yang tidak bersatu, mereka tidak bermuara ke laut tapi hanya bermuara ke sungai mereka sendiri. Ini disebabkan adanya gengsi di setiap tubuh ormas, ini bisa dilihat saat penentuan hari raya idul fitri, bagaimana mereka mengeluarkan keputusan yang berbeda padahal jika ditilik tujuannya kan hanya 1, kenapa harus berbeda. Dan pada akhirnya
Organisasi berhenti dengan gengsi organisasi itu sendiri
Cak Nun juga sempat menyinggung, sebenarnya tidak ada yang namanya universitas ataupun institut, yang ada hanyalah kumpulan fakultas, kenapa seperti itu? Saya rasa teman-teman sudah bisa menemukan jawabannya J
Pembicaraan dilanjutkan dengan sebuah statement unik :
Perintah ada karena tidak suka
Kok bisa? Jika ada pilihan sholat/tidak? Puasa/Tidak puasa? Jika semua itu tidak diperintahkan apa yang kamu pilih? Oleh karena itu keluarlah perintah untuk sholat, puasa, haji, zakat, dkk. Karena dengan adanya perintah
Suka atau tidak suka akan saya lakukan
Pembicaraan mulai ke pokok persoalan, saat ini ulama banyak yang menyadera tuhan, kok bisa? Tidak jarang ulama lebih mencintai kitab kuning daripada al quran itu sendiri. Sehingga kedudukan tuhan dimana? Tidak sedikit pula yang menyatakan kata kyai saya kenapa bukan kata al quran. Contoh lagi, ada beberapa pihak yang mengambil hak dalam penentuan haram/halal.
Makna dari Tuhan di Balik Jeruji adalah
antara saya dan tuhan tidak ada engkau, tidak ada siapapun karena pada akhirnya hanya urusan aku dan tuhanku
Jakarta, 02-11-2011 03:00 WIB
Post Comment